Nuansa Budaya Lampung Warnai MUSDA XI DPD Partai Golkar Lampung Selatan 2025

IMG-20251220-WA0082

Lampung Selatan – Di tengah gemuruh semangat konsolidasi politik, Gedung Olahraga Mustafa Kemal di Kalianda, Lampung Selatan, menjadi saksi sebuah peristiwa yang tak hanya bermakna bagi Partai Golkar, tapi juga bagi warisan budaya Sai Bumi Ruwa Jurai. Pada Rabu, 17 Desember 2025, pembukaan Musyawarah Daerah (MUSDA) XI Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Kabupaten Lampung Selatan dimulai dengan nuansa budaya Lampung yang begitu kental, menyentuh hati setiap yang hadir dan mengingatkan kita pada akar identitas bangsa.

Bayangkan dan nikmatilah visualisasi pesonanya …

Setelah kegiatan simbolis Gerakan Lampung Menanam (GELAM) di sekitar GOR, di mana pohon-pohon buah seperti alpukat, durian, pala, jambu, dan mangga ditanam sebagai wujud komitmen menjaga alam, rombongan Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Lampung, Ir. H. Hanan A. Rozak, M.S., memasuki aula utama. Mereka disambut dengan prosesi arakan-arakan megah dan tarian budaya Lampung yang anggun. Tari-tari tradisional itu, dengan iringan gamelan dan tabuhan gendang yang menggema, seolah-olah menghidupkan kembali semangat “Piil Pesenggiri”, falsafah Lampung yang menjunjung tinggi harga diri, keberanian, dan kebersamaan. Para penari berpakaian siger dan tapis khas Lampung, meliuk-liuk dengan gerakan yang penuh makna, menyambut tamu dengan hormat dan kehangatan yang tulus.

 

Momen itu bukan sekadar hiburan pembuka. Ia adalah simbol harmoni antara politik modern dan warisan leluhur. Di tengah hiruk-pikuk musyawarah untuk memilih kepemimpinan baru periode 2025-2030, nuansa budaya Lampung menjadi pengingat bahwa pembangunan daerah tak pernah lepas dari akar budaya. Seperti yang dikatakan Hanan A. Rozak dalam sambutannya, Partai Golkar harus menjadi “pemecah masalah masyarakat”, dekat dengan rakyat, solid, dan militan. Dan apa yang lebih dekat dengan rakyat Lampung Selatan selain budaya yang telah diwariskan turun-temurun?

Acara yang dihadiri lebih dari 1.500 peserta, termasuk pejabat pemerintah serta tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat, menjadi bukti bahwa politik bisa indah ketika diwarnai seni dan tradisi. Tarian budaya lampung itu tidak hanya menghibur, tapi juga menginspirasi bahwa di balik pemukulan gong pembuka oleh Hanan A. Rozak, ada pesan mendalam tentang persatuan. Persatuan yang lahir dari tanah Lampung, dari sungai Way Sekampung hingga pantai Selatan, dari marga-marga Sai dan Pepadun yang saling melengkapi.

Sungguh menyentuh hati melihat bagaimana Partai Golkar Lampung Selatan, di bawah naungan Plt. Ketua Tony Eka Candra dan panitia penyelenggara, memadukan agenda organisasi dengan pelestarian budaya. Ini adalah inspirasi bagi kita semua bahwa kemajuan politik tak harus meninggalkan identitas.

Malah, budaya menjadi warna yang membuat perjalanan itu semakin bermakna. Semoga MUSDA XI ini tidak hanya melahirkan pemimpin baru yang tangguh, tapi juga memperkuat cinta kita pada tanah Lampung, tanah yang kaya akan adat, kaya akan harapan.

Di akhir hari, ketika tarian usai dan musyawarah berlanjut, satu hal yang tertinggal di hati…

Nuansa budaya Lampung bukan hanya mewarnai pembukaan, tapi juga “menerangi jalan masa depan” Partai Golkar dan masyarakat Lampung Selatan.

Marilah kita jaga warisan ini, agar generasi mendatang tetap bangga menyebut diri sebagai anak Lampung.
Sakai sambayan, bebai nyimah!

Ditulis oleh:
Susanto, S.S., S.H., M.Hum., M.A., M.H., Ph.D.
Ketua KALIBARA (Komunitas Literasi Budaya Nusantara)