Ketua Laskar Merah Putih Provinsi Lampung, H. Johan Nasri, mendesak Kapolda Lampung segera turun tangan

Foto : Ketua Laskar Merah Putih Provinsi Lampung, H. Johan Nasri.
BENSORINFO.COM – Konflik internal dalam keluarga Rusli Bintang, pengelola Universitas Malahayati, semakin melebar dan menjadi perhatian masyarakat Lampung. Ketegangan meningkat setelah kedatangan sekitar 200 orang dari Ambon pada Minggu, 2 Maret 2025, yang diduga terkait dengan perebutan kendali kampus Universitas Malahayati.
Ketua Laskar Lampung Indonesia (LLI), Ir. H. Nerozely Koenang, menyebut mereka sebagai “preman bayaran” dan menilai kehadiran mereka mengancam ketertiban masyarakat. Hal senada disampaikan Ketua Laskar Merah Putih Provinsi Lampung, H. Johan Nasri, yang mendesak Kapolda Lampung segera turun tangan.
Desakan Masyarakat dan Ancaman Konflik
Johan Nasri menegaskan bahwa pihak kepolisian harus segera bertindak untuk memulangkan orang-orang yang didatangkan tersebut serta mengawasi Universitas Malahayati guna mencegah konflik lebih lanjut.
“Jika tidak ditindak, masyarakat Lampung bisa marah dan terjadi pertumpahan darah di Malahayati. Tidak boleh ada pihak luar yang mengacak-acak Lampung,” tegasnya.
Edi Samsuri, S.Fil, SH, seorang tokoh muda Lampung, juga menyatakan keresahannya atas situasi ini. “Cukup Ambon sampai Jakarta, tidak perlu ke Lampung!” ujarnya, mencerminkan kecemasan masyarakat akan potensi bentrokan akibat kedatangan massa dalam jumlah besar.
Menurut informasi yang beredar, kedatangan ratusan orang ini diduga berkaitan dengan konflik keluarga Rusli Bintang terkait kepemilikan Universitas Malahayati dan Rumah Sakit Malahayati. Hal ini memicu kemarahan warga, terutama masyarakat adat Lampung, yang merasa harga diri dan adat Pi’il Pesenggiri mereka dilecehkan.
Ormas dan Aparat Diminta Bertindak Cepat
Laskar Lampung Indonesia (LLI) langsung mengerahkan tim pemantauan ke Universitas Malahayati. Ketua Umum LLI, Panglima Nero Koenang, menegaskan bahwa tidak boleh ada pihak luar yang membawa premanisme ke Lampung.
“Apapun konfliknya, tidak boleh ada preman luar masuk dan mengancam ketenteraman di Lampung!” ujarnya tegas.
Sementara itu, Ormas Pendekar Banten yang dipimpin Hengki Malonda juga disebut telah bersiap siaga dan menunggu instruksi lebih lanjut. Hal ini menunjukkan potensi eskalasi konflik jika tidak segera ditangani oleh aparat berwenang.
Lampung Menjunjung Nilai Luhur dan Kerukunan
Masyarakat Lampung menegaskan bahwa mereka akan menjaga kehormatan serta kedaulatan wilayahnya. Lampung dikenal sebagai “Indonesia Mini” karena keberagaman etnis dan budayanya, di mana masyarakat asli dan pendatang hidup rukun. Oleh karena itu, masyarakat berharap konflik ini segera diselesaikan agar tidak berkembang menjadi perpecahan yang lebih luas.
Situasi di Universitas Malahayati saat ini dalam kondisi tegang. Masyarakat dan berbagai organisasi meminta Kapolda Lampung segera bertindak untuk meredam potensi konflik dan mengembalikan ketertiban. Langkah cepat dari pihak berwenang sangat diperlukan guna menjaga keamanan dan keharmonisan di tanah Lampung.(BSP)
Editor : Bambang.S.P
BENSORINFO.COM